19 October 2006
MENINGGALKAN NEGERI ORANG GILA
Dimuat dalam buletin Provokashi edisi04/I/Juli-September 2001
Secara pribadi saya iri kepada orang gila. Mereka kelihatan bebas tanpa beban. Mereka bebas mau tidur di mana, mau mandi atau tidak, mau makan apa, mau berpakaian atau telanjang. Siapapun ingin bebas, anehnya tak seorangpun mau menjadi gila. Adakah sesuatu yang membedakan kebebasan orang gila dengan orang waras. Orang gila tak mempermasalahkan segala sesuatu bukan karena merasa bebas, tetapi karena lepas kontrol dan kehilangan sensor untuk rasa malu, rasa bersalah, dan rasa-rasa yang lain. Orang gila juga kehilangan orientasi untuk segala tindak-tanduk yang dilakukannya. Ia tak menyadari untuk apa tindakannya dilakukan. Rupanya inilah yang pada akhirnya menjadi ukuran orang itu waras atau tidak, yakni kontrol diri atau sensornya serta orientasi hidupnya.
selanjutnya, klik disini
Orang gila di lampu penyeberangan
Rambutnya gimbal
Kumis dan jenggotnya jarang-jarang
Secara pribadi saya iri kepada orang gila. Mereka kelihatan bebas tanpa beban. Mereka bebas mau tidur di mana, mau mandi atau tidak, mau makan apa, mau berpakaian atau telanjang. Siapapun ingin bebas, anehnya tak seorangpun mau menjadi gila. Adakah sesuatu yang membedakan kebebasan orang gila dengan orang waras. Orang gila tak mempermasalahkan segala sesuatu bukan karena merasa bebas, tetapi karena lepas kontrol dan kehilangan sensor untuk rasa malu, rasa bersalah, dan rasa-rasa yang lain. Orang gila juga kehilangan orientasi untuk segala tindak-tanduk yang dilakukannya. Ia tak menyadari untuk apa tindakannya dilakukan. Rupanya inilah yang pada akhirnya menjadi ukuran orang itu waras atau tidak, yakni kontrol diri atau sensornya serta orientasi hidupnya.
selanjutnya, klik disini